Awas! Ada Antivirus Palsu

Wednesday, April 20, 2011
virus1


Saat ini, hacker bisa membuat BISNIS RAKSASA dengan antivirus palsu. Bagi user awam, sulit untuk membedakan antivirus asli dan palsu.
virus2
Tipuan Website program anti-virus palsu sering tampak sangat asli, sehingga yang palsu (kiri) sulit dibedakan dari yang asli.
Desktop menjadi gelap dan peringatan virus berkedap-kedip dengan gencar.  Selanjutnya, sebuah antivirus tidak dikenal tiba-tiba menawarkan diri sebagai solusi de ngan harga tertentu. Kejadian ini tentunya sering dialami oleh pengujung Internet. Apakah peringatan tersebut benar-benar menunjukkan PC bervirus? Belum tentu! Saat ini, banyak hacker meng antarkan antivirus palsu (rogueware) dengan laporan virus semacam itu. Mereka selalu berusaha memancing pengguna untuk membeli versi utuhnya dengan harga mahal.
Trik jahat ini berhasil menipu banyak korban. Buktinya? Tahun ini saja McAfee sudah merugi lebih US$ 300 juta secara global. Melihat semakin banyaknya kejadian ini, CHIP akan menunjukkan, bagaimana meng ungkap rogueware dan menyingkirkannya dari PC Anda.

Identifikasi: popup yang memaksa

Rogueware menyebar melalui website yang dimanipulasi dengan memanfaatkan celah keamanan browser atau plugin seperti Flash Player. Malware disusupkan dengan sistem Drive-by-Download atau meminta pengguna men-download codec video palsu yang ber isi malcode.
Bagaimana mengetahui sebuah antivirus palsu sampai ke PC Anda? Hal ini dapat dikenali dengan beberapa gejala. Satu hal yang paling mencolok adalah tampilnya popup yang melaporkan adanya virus dan menganjurkan Anda membeli versi utuh antivirus tersebut.
Untuk mencegah masuknya antivirus palsu, tutup popup tersebut melalui Task Manager karena hacker sering mengguna kan tombol “cancel” untuk menampilkan sebuah website berbahaya lainnya atau men-download malware. Beberapa popup bahkan sangat mengganggu karena bisa menampilkan laporan mengenai risiko keamanan dan mengubah desktop.
Ciri lainnya, rogueware biasanya melakukan proses scan PC dengan waktu yang lebih cepat dibanding antivirus asli. Namun, proses yang sangat cepat tersebut bisa menampilkan dan menemukan banyak virus. Satu hal yang tidak realistis.
Biasanya, rogueware tidak datang sendirian. Jika hacker memiliki akses ke PC, ia dapat menyusupkan malware dan trojan. Trojan ini dapat  memata-matai PC dan mengirim data pribadi melalui backdoor atau men-down load keylogger.
Beberapa malware mengintegrasikan PC pengguna ke dalam jaringan bot sehingga tanpa sadar, PC terinfeksi tersebut juga ikut andil dalam menyebarkan rogueware. Bersama antivirus palsu juga sering muncul program-program peme ras (ransomware). Berbagai gejala yang muncul bertujuan membuat peng gu na panik hingga membeli versi utuhnya.
Link ke website antivirus palsu tersebut disebarkan melalui spam, YouTube, Facebook, atau Twitter. Dengan cara penyebaran seperti tadi, Anda bisa mendeteksi program tersebut palsu melalui alamat web yang tidak jelas.
Cara penyebaran berikutnya yang perlu diwaspadai adalah melalui hasil search engine yang sudah dimanipulasi. Hacker menggunakan tema-tema aktual seputar virus sehingga permintaan pencarian yang terkait proteksi virus bisa muncul di barisan pertama hasil pencarian. Website-nya sendiri (website antivirus palsu) sebenarnya tidak memiliki malcode. Namun, website tersebut dapat membuka website lain yang bervirus dan selanjutnya menginfeksi PC pengguna. Website mereka juga dibuat seara profesional.
Mereka meng gu nakan segel kualitas (palsu), me na yang kan hasil tes fiktif, dan diskon untuk menarik pengunjung. Mereka juga menyediakan layanan telpon dan e-mail.
Satu tips dari CHIP agar terhindar dari an caman link website tersebut adalah jangan layani tawaran scan virus gratis pada sebuah popup. Selain itu, jangan pernah memberikan data kartu kredit Anda kepada website tersebut.
Apabila Anda telah memiliki security suite asli yang aktual, manfaatkan untuk menangkal antivirus palsu. Program asli ini jika di-update dapat menangkal setiap serangan rogueware. Namun, bila hacker berhasil menyu sup (karena antivirus tidak di-update) sehingga antivirus asli tidak bisa berjalan normal, gunakan beberapa malware removal tool dari produsen lain, seperti Kaspersky Virus Removal Tool. Anda juga bisa memanfaatkan Boot CD security suite untuk melacak malware.

Alternatif: jalan putar

Apabila semua langkah yang dilakukan tidak memberikan hasil yang sesuai, singkirkan malware secara manual. Pertama, periksa PC de ngan antivirus online dari produsen antivirus populer. Setelah jenis rogueware terdeteksi, cari di dalam registry. Entry yang menunjukkan nama rogueware tersebut harus dihapus.
Top 5
Rogueware Berbahaya
1.MS Antivirus
Keluarga “MS Antivirus” yang tersebar luas memiliki tampilan profesional dan dapat memblokir antivirus aktif. Rogueware ini juga dipasarkan dengan nama seperti “System Security” atau “WinPC Defender”.
2. Security Tool
Dikenal sebagai “Total Security” ini suka meniru peringatan keamanan Windows. Ia meng­hilangkan icon di desktop, menampilkan layar hitam, dan memperlambat sistem.
virus3
Bungkus kosong  Rogueware menyamar sebagai versi penuh antivirus
3. Internet Security 2010
Internet Security 2010 tidak hanya mengesalkan dengan peringatan-peringatannya. Melalui file DLL yang disusupkan, ia memblokir Facebook dan YouTube untuk mempercepat pengguna membeli versi utuhnya.
4. Anti-malware Defender
Menyamar sebagai “Windows Defender” dari Microsoft. Rogueware ini sulit dibedakan bagi user yang belum berpengalaman. Sekali masuk ke PC, ia memblokir browser dan terus-menerus menampilkan peringatan virus.
5. User Protection
Versi ini menyebarkan diri dalam bentuk codec video palsu melalui website yang dimanipulasi. “User Protection” mengurangi performa sistem, bahkan menyebabkan crash
virus4
Scan Terkesan asli sehingga mendorong pengguna untuk membeli versi utuhnya.

DirectX 11: ATI vs nVidia

ati-1


ATI Radeon HD 5870
Selain lebih cepat, detail gambar dan warnanya pun lebih unggul. Setelah cukup lama tertunda, graphics card nVidia akhirnya hadir untuk merebut tahta sebagai raja di kelas high-end Direct X 11.
Persaingan ATI (AMD) dan nVidia dalam mendominasi pasar GPU graphics card telah berlangsung dalam beberapa tahun belakangan ini. Suhu persaingan di antara keduanya kembali memanas, terutama dalam mengusung graphics card terbaik pendukung API (Application Programming Interfaces) grafis terbaru Microsoft DirectX 11. Baik ATI maupun nVidia sama-sama optimis dapat meraih keuntungan besar di lahan baru graphics card tersebut. Agar Anda tidak sepenuhnya menelan “bulat-bulat” klaim keduanya, CHIP mencoba melihat secara obyektif apa saja yang ditawarkan graphics card berbasis GPU high-end terbaru mereka, ATI Radeon HD 5870 dan nVidia GeForce GTX 480.

Teknologi: bersatunya banyak core untuk menggenjot performa

Sebagai start awal, CHIP membandingkan data teknis reference card keduanya, seperti ukuran, transistor, dan clock speed. Untuk panjang card, poin plus diberikan pada nVidia GTX 480 (26,7 cm) yang lebih pendek (meskipun tidak berbeda jauh) dibanding ATI HD 5870 (28,2 cm). Keduanya dimanufaktur menggunakan teknologi pabrikasi 40 nanometer (nm). Chip graphics ATI (Cypress) berukuran 334 mm2, sedangkan nVidia (GF100) berukuran 530 mm2. Karena ukuran chip bisa dijadikan sebagai indikasi awal suhu kerja yang relatif tinggi dan biaya produksi yang kurang ekonomis (berakibat harga produk lebih mahal), poin plus diberikan untuk ATI dengan Radeon HD 5870.
CHIP beralih ke berbagai features yang ditawarkan. Chip GF100 mengusung 480 CUDA core/shader computing units (dalam konfigurasi 15×32 unit Shader multiprocessor). Adapun chip ATI Cypress (RV870) yang mengusung 1600 SP (Stream Processor) dalam 320 shader unit lebih mendapat poin plus. Ditinjau dari clock speed chip, keduanya relatif imbang. Clock speed chip ATI (850 lawan 700 MHz) lebih unggul, tapi shader clock speed nVidia (1401 lawan 850 MHz) justru jauh lebih unggul. Pada ATI, clock speed memorinya (2400 lawan 1848 MHz) kali ini lebih unggul. Meskipun demikian, CHIP memberikan poin plus untuk nVidia karena desain memori video GTX 480 yang mengusung 1.5 GB GDDR5 (HD 5870 hanya memiliki 1 GB GDDR5). CHIP berkesimpulan spesifikasi teknis kedua graphics berimbang (2:2). Dengan demikian, keputusan akhir masih bergantung pada performa, harga, konsumsi daya, dan tingkat kebisingan.
Ati-2
Low profile Ukuran chip ATI Cypress (HD 5870) hanya sekitar 63% ukuran chip nVidia GF100.
Low profile Ukuran chip ATI Cypress (HD 5870) hanya sekitar 63% ukuran chip nVidia GF100.
ati-4

Performa: selamat datang untuk sang penguasa baru!

Keduanya mendukung standar terbaru API DirectX 11 dan Shader Model 5.0. Jadi, CHIP dapat melakukan perbandingan secara langsung melalui serangkaian benchmark. Pada pengujian 3DMark Vantage, GF100 meraih 16419 poin yang artinya mengungguli ATI Cypress (15112 poin).
ati-5
nVidia GeForce GTX 480
Chip nVidia kembali mengungguli ATI dalam benchmark Crysis (84 FPS lawan 79 FPS), PT Boats: Knights of the Sea (53.1 FPS lawan 48.7 FPS), dan World in Conflict (57 FPS lawan 54 FPS). Keunggulan nVidia GF100 atas ATI Cypress baru terlihat nyata pada game Unreal Tournament III (168 FPS lawan 121 FPS) dalam resolusi tinggi. Pengecualian terjadi pada benchmark Quake Wars, di mana GTX 480 takluk pada HD 5870 (117 FPS lawan 123 FPS).
Hasil yang sama didapat pada benchmark PCMark graphics test. GTX 480 meraih 28257 poin, sedangkan HD 5870 meraih 29475 poin. Merujuk Raw Computing Power (terlepas dari performa game graphics), HD 5870 berkekuatan lebih 2700 GFLOPS (giga floating point operations per second), dengan double accuracy (vital dalam perhitungan sains) hampir mencapai 550 GFLOPS. Adapun GTX 480 mengusung kekuatan 1345 GLFOP dan 672 GFLOPS (pada double accuracy).
ati-6
Besar dan boros Chip GF100 pada GTX 480 lebih bongsor dan kurang hemat pemakaian daya.
Besar dan boros Chip GF100 pada GTX 480 lebih bongsor dan kurang hemat pemakaian daya.
ati-8

Konsumsi daya dan tingkat kebisingan: angkat jempol untuk ATI

Aspek lainnya yang menjadi pertimbangan adalah konsumsi daya dan tingkat kebisingan graphics card. GTX 480 mensyaratkan koneksi 6 dan 8 pin yang tidak selalu disertakan pada setiap PSU (Power Supply Unit). GTX 480 dapat mengonsumsi daya 50 Watt hanya untuk pengoperasian standar Windows. Pada load mode, konsumsinya bahkan mencapai 300 W. ATI HD 5870 lebih efisien dalam hal satu ini karena hanya membutuhkan dua koneksi 6 pin dengan konsumsi daya 20 Watt  (Windows Aero) dan 190 Watt (load mode). Kondisi yang sama juga terjadi pada tingkat kebisingan. GTX 480 memiliki tingkat kebisingan 1.8 Sone (idle mode) dan melonjak pada load mode hingga 12 Sone, suatu rekor bagi graphics card yang selama ini mampir ke lab CHIP. Adapun HD 5870 hanya memiliki 0.9 Sone pada idle mode dan nilai maksimum 3.1 Sone (load mode) yang relatif masih bisa ditoleransi telinga penguna.

Graphics Card Alternatif

ati-9
HD 5450
ati-10
HD 5750
ATI HD 5000 SERIES: 
ATI telah memperkenalkan graphics card berbasiskan DirectX 11 sejak September 2009. Waktu yang cukup lama karena nVidia terlambat setengah tahun. Graphics card ATI tersebut bahkan telah hadir sebelum DirectX 11 resmi dirilis Microsoft. Hingga kini, berbagai seri graphics card-nya telah hadir di pasar; mulai dari seri awal ATI Radeon HD 5450 (mulai dari Rp 400 ribuan) hingga ATI Radeon HD 5850 (sekitar Rp 3 jutaan). Seri ATI yang spesial juga tersedia dengan harga premium (sekitar Rp 6 jutaan) yaitu HD 5970. Graphics card ini menyertakan dua chip HD 5870 yang bekerja secara tandem dan bersamaan.
harga: Di atas Rp 400 ribu
Info: www.ati.com
ati-11
NVIDIA GEFORCE GTX 465 dan 470: 
Seri GeForce 400 masih belum lama hadir di pasar. Hingga kini sejak kemunculan GeForce GTX 480 dan saudaranya GTX 470, baru ada satu seri, yaitu GTX 465 yang baru dirilis di Computex. GTX 470 memiliki 448 CUDA core (shader unit), sedangkan GTX 465 hanya 352 CUDA core. GTX 470 sedikit lebih unggul daripada Radeon HD 5850, tetapi masih di bawah performa Radeon HD 5870 (meskipun harganya keduanya tidak jauh berbeda, sekitar Rp 3 hingga 4 jutaan). Seri termuda, GTX 465 yang rencananya akan ditawarkan dengan harga di bawah Rp 3 jutaan mungkin bisa jadi harapan baru bagi nVidia untuk kategori mainstream.
harga: 2,5-3,5 jutaan
Info: www.nvidia.com

Gebrakan AMD!

amd-1


Beberapa waktu lalu, AMD meluncurkan prosesor generasi terbarunya dengan codename Thuban. CHIP mendapat kesempatan mencoba performa six-core processor ini. Bagaimana performa dari Thuban? Mari kita simak bersama.
Awal 2010 menjadi momen penting dalam perkembangan komputer multiprosesor. Intel pertama kali mengeluarkan Core i7-980X yang merupakan six-core processor pertama untuk dekstop. Namun, banderol harga yang tinggi, yaitu sekitar US$ 999, membuat banyak orang berpikir sekian kali sebelum berpindah ke prosesor ini.
Untuk menjawab kehadiran six-core processor pertama dari Intel ini, Advance Micro Device (AMD) mencoba untuk terus bersaing dengan mengeluarkan six-core processor pertama mereka. “Thuban”, itulah codename untuk prosesor AMD terbaru yang memiliki  enam core dalam satu processor die.
Untuk prosesor terbarunya ini, AMD tetap bertahan dengan penamaan Phenom II-nya, dan menamai prosesor ini dengan nama Phenom II X6. Tidak seperti Intel yang  telah beralih menggunakan fabrikasi 32 nm untuk prosesor Core i7 980X-nya, AMD tetap memilih menggunakan fabrikasi 45 nm untuk memproduksi Thuban. Namun, walaupun tetap menggunakan fabrikasi 45 nm, prosesor ini memiliki Thermal Design Power (TDP)  sebesar 125W. Nilai TDP tersebut sama seperti prosesor AMD Phenom II X4 stepping C3 (revisi terbaru).
Proses fabrikasi 45 nm yang digunakan AMD semakin baik karena tidak terdapat peningkatan TDP pada Phenom II X6 1090T walaupun prosesor ini memiliki dua core ekstra.
Tidak hanya itu, Phenom II X6 juga masih menggunakan CPU socket yang sama, yaitu AM3 dan AM2+. Bagi Anda pengguna motherboard AM3 dan AM2+, tidak perlu membutuhkan dana tambahan untuk mengganti motherboard saat ingin meng-upgrade prosesor yang saat ini digunakan menjadi Phenom II X6. Anda hanya perlu melakukan BIOS update ke versi terbaru dan memastikan bahwa motherboard yang digunakan telah mendukung penggunaan prosesor ber-TDP 125W.
Pada awal peluncurannya, Phenom II X6 hadir dalam dua model penomoran, yaitu  Phenom II X6 1055T dan Phenom II X6 1090T. Phenom II X6 1055T hadir dengan  clock speed 2,8 Ghz dan 6 MB L3 Cache. Sedangkan Phenom II X6 1090T berjalan pada core clock 3,2 GHZ dan jumlah L3 cache yang sama seperti pada Phenom II X6 1055T, yaitu 6 MB.
Anda mungkin akan bertanya apa makna inisial huruf “T” di belakang dua model penomoran prosesor Thuban ini.
Penggunaan inisial huruf “T”, menandakan bahwa prosesor tersebut telah mendukung feature Turbo CORE. AMD Turbo CORE secara otomatis akan  menurunkan core clock pada core yang tidak digunakan dan akan menaikkan core clock yang digunakan sebesar  500 MHz tanpa penggunaan software ataupun driver tambahan. Pada Phenom II X6 1055T Turbo CORE akan berjalan pada 3,3 Ghz sedangkan pada Phenom II X6 1090T bisa mencapai 3,6 Ghz.
amd-2
AMD menetapkan harga US$ 300 untuk Phenom II X4 1090T. Harga yang menarik, bahkan apabila dibandingkan dengan harga Phenom II quad-core milik AMD. CHIP melihat hal ini sebagai strategi pemasaran yang dilakukan oleh AMD untuk memasukkan prosesor ini ke dalam pangsa pasar kelas menengah, bukan untuk melawan Core i7-980X milik Intel.

Benchmark

Untuk membuktikan kekuatan dari AMD Phenom II X6 1090T, CHIP mencoba meng uji dan membandingkan hasilnya dengan AMD Phenom II X4 955 BE. Alasan CHIP memilih AMD Phenom II X4 sebagai pembanding adalah untuk melihat apakah terdapat peningkatan performa dengan peningkatan dua CPU core pada Phenom II X6 1090T. Adapun pengujian yang CHIP lakukan adalah menggunakan synthetic benchmark CINEBENCH R11.5 (CPU based), video transcoding (1080p to 720p) menggunakan aplikasi MediaShow Espresso, dan proses kompresi file menggunakan WinRAR 3.93.

Cinebench

Pada pengujian CINEBENCH, terlihat Phenom II X6 1090T dapat memanfaatkan dua ekstra core yang dimilikinya. Score sebesar 5,68 poin membuktikan hal tersebut. Perolehan tersebut jauh melampaui score yang dihasilkan oleh X4 955 BE, yaitu sebesar 3,8 poin.
MediaShow Espresso
Untuk pengujian video transcoding menggunakan MediaShow Espresso, quad-core milik X4 955 BE tampak sekali lagi harus menyerah terhadap six-core yang dimiliki oleh X6 1090T. Kecepatan konversi X6 1090T jauh lebih cepat dibandingkan X4 955 BE. Seperti terlihat di tabel, Phenom X6 1090T mencatat waktu 58 detik, lebih cepat dibandingkan dengan 1 menit 13 detik untuk X4 955 BE.

WinRAR

Di pengujian ketiga, CHIP mencoba melakukan tes kompresi pada beragam file dengan ukuran total 1 GB menggunakan WinRAR. Pada pengujian ini, Phenom II X4 955 BE sekali lagi harus mengakui keunggulan Phenom II X6 1090T. Dari pengujian Phenom II X4
amd-3
955 BE berhasil melakukan konversi selama 3:46, sedangkan Phenom II X6 1090T selama 3:30.

Overclocking

Selain pengujian dalam kondisi default, CHIP juga melakukan kemampuan overclock dari Phenom II X6 1090T. CHIP menggunakan motherboard MSI 890FX–GD70 dan pendingin yang digunakan adalah Scythe Katana II.
CHIP melakukan overclocking dengan cara menonaktifkan feature AMD Cool and Quiet dan Turbo CORE, lalu menaikkan multiplier dari 16x ke 18x sehingga berjalan pada 3,6 GHz. Hasilnya, berjalan dengan stabil tanpa perlu menaikkan voltase pada BIOS.
Selain OC stable, CHIP juga melakukan overclocking dengan suicide clock untuk AMD Phenom II X6 1090T hingga mencapai angka 4 GHz. Clock speed ini mampu dicapai hanya dengan menaikkan multiplier menjadi 20x dan vcore 1,45 volt.  Kondisi ini bisa ditingkatkan dengan menaikkan bus speed dan mengganti heat sink fan sehingga diperoleh hasil yang lebih tinggi.

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari pengujian menggunakan software, terlihat bahwa tambahan dua core yang dimiliki oleh AMD Phenom II X6 1090T memberikan kontribusi yang signifikan terutama pada pengujian CINEBENCH R11.5 dibandingkan AMD Phenom II X4 955 BE. Phenom II X6 1090T juga memiliki kemampuan  overclock yang baik. Selama pengujian, CHIP tidak mengalami masalah saat melakukan pe ngu jian overclockability Phenom II X6 1090T. Harga retail yang ditawarkan juga menarik, yaitu sekitar US$ 300. Bagi Anda yang berencana melakukan upgrade sistem komputer, AMD Phenom II X6 1090T bisa menjadi salah satu pilihan yang menarik.
amd-4

Melangkah ke USB 3.0

USB-30_Motherboard-PCI-Card-PC-Card_0


CHIP memaparkan apa yang dibawa standar baru ini dan bagaimana membuat setiap PC siap untuk itu.
Pada saat Anda meng-copy sebuah film HD (High Definition) dari hard disk eksternal ke komputer, Anda punya cukup banyak waktu untuk menghabiskan secangkir besar cappucino. Dengan teknologi USB 3.0  baru, kini waktunya hanya cukup untuk secangkir espresso, karena SuperSpeed Mode mampu meng-copy data 10 kali lebih cepat daripada standar USB 2.0.
Namun, walaupun standar yang baru ini terdengar memikat, notebook dan komputer desktop keluaran terbaru ternyata masih menggunakan standar yang lama (USB 2.0).
Oleh karena itu, pada artikel ini CHIP memandu Anda membuat komputer atau notebook Anda siap untuk “berlari” dan memaparkan kelebihan apa saja yang ditawarkan standar yang baru.

Baru sebagian konektor kompatibel

Sebuah pertanyaan penting timbul, apa yang terjadi dengan perangkat dan kabel USB 2.0? Pada USB 3.0, kompabilitas diutamakan – ke atas ataupun ke bawah. Bila Anda meng-upgrade ke USB 3.0 secara lengkap dan tidak lagi menggunakan standar USB 2.0, Anda tetap dapat menghubungkan printer lama ke port USB 3.0.
Secara teknis memang banyak yang ber ubah, tetapi tidak tampak pada tampilan konektor dengan inlay biru yang seragam. Selain mode transfer “Low-”, “Full-”, dan “High-Speed”, kini ada mode SuperSpeed yang diimplementasikan para lel dengan konstruksi USB 2.0 sehingga bisa dikatakan memiliki unit manajemen sendiri.
Dengan demikian, hub USB 3.0 terdiri atas sebuah hub USB 2.0 ditambah sebuah hub SuperSpeed. Ini menjadi jelas pada konektor Micro B yang baru dengan 2 konektor, konektor Micro B USB 2.0 dan sebuah port untuk SuperSpeed. Anda dapat memasukkan konektor USB 2.0 ke port USB 3.0, tetapi tidak sebaliknya. Konektor mana yang kompatibel dengan port mana dapat Anda lihat dalam boks “Tabel Kompatibilitas”.

Daya besar, konsumsi lebih kecil

Kelebihan USB 3.0 adalah tidak diperlukannya pasokan daya tambahan untuk penggunaan hard disk eksternal. Di spesifikasinya, komputer akan menyuplai daya untuk perangkat USB 2.0 maksimal 500 mA, sementara untuk perangkat 3.0 mencapai 900 mA.
Hal yang baru di USB 3.0, host-controller akan terhubung ke perangkat yang tepat ketika akan menuliskan data pada USB flashdisk. Sementara itu, USB 2.0 mengirim data ke semua perangkat de ngan cara polling – tak soal apakah perangkat tersebut tepat atau tidak.
Inovasi ini memungkinkan host-controller melakukan manajemen e nergi terhadap periferal-periferal yang terhubung. Dengan standar USB 3.0, perangkat yang tidak digunakan tidak hanya dapat dikecualikan pada proses pengiriman data, melainkan juga dinonaktifkan.
Ini akan menghemat listrik sekaligus melindungi hardware terkoneksi. Di sini digunakan tiga modus hemat energi, yaitu modus U1 IC untuk pengiriman dan penerimaan dinonaktifkan, pada U2 IC clock-generator sementara dihentikan, dan pada U3 dicapai kondisi standby.
tabel

SuperSpeed Mode yang sangat cepat

Kemampuan copy hard disk USB 2.0 dalam modus transfer tercepat sekitar 50 MB/detik. Sementara itu, standar USB 3.0 dapat mentransfer hingga 10 kali lebih banyak data dalam waktu yang sama, bahkan memungkinkan hingga 5 GBit/detik. Sepuluh kali di sini setara dengan sekitar 625 MB/detik, ideal untuk volume data yang terus meningkat pada video atau backup – meski keterangan kecepatan ini hanya secara teoritis.
Di pasaran telah tersedia perangkat Super Speed, seperti hard disk dari Buffalo dan Western Digital, tetapi kecepatan transfernya hanya 100 MB/detik. SSD jauh lebih cepat dengan 250 MB/detik. SSD pertama dengan USB 3.0 dan kecepatan di atas 300 MB/detik telah diumumkan dan rencananya akan dipasarkan pada kuartal ketiga tahun ini.
Komputer yang telah mendukung USB 3.0 saat ini masih sedikit. Namun dengan beberapa trik sederhana, Anda dapat meng- upgrade PC lama Anda dan tidak harus mahal. Untuk notebook dibutuhkan sebuah slot dan sebuah card PCIe (sekitar US$ 50) untuk mendapatkan dua port SuperSpeed. PC Desktop membutuhkan host-controller-card dan sebuah slot PCIe.

Upgrade murah

Kartu ekspansi (upgrade-card) ASUS U356 dengan harga sekitar US$ 35 banyak digunakan di mainboard ASUS untuk mendapatkan koneksi kencang USB 3.0. Dengan koneksi slot PCIe 4x ini, kedua port SuperSpeed bekerja tanpa hambatan.  Bila tidak memiliki slot PCIe 4x, Anda dapat menggu nakan PCIe-card dari CnMemory (1x, sekitar US$ 40).
Namun harap diperhatikan, de ngan card 1x tersebut, Anda tidak akan mendapatkan performa penuh – biasanya hanya sekitar 2,5 GBit/detik. Terlalu kecil bila dibandingkan dengan SSD mendatang de ngan kecepatan di atas 300 MB/detik. Meskipun demikian (hanya menggunakan PCIe 1x), Anda tetap menikmati kecepatan lebih. USB 3.0 yang terhambat sekalipun tetap lebih cepat dibanding USB 2.0. Namun, ja ngan tergoda oleh card PCI USB 3.0, karena jelas  terlalu lambat!

Siap untuk masa depan

Anda tidak perlu memikirkan apakah slot yang tersedia memenuhi tuntutan USB 3.0 atau tidak, bila bersedia menginvestasikan lebih banyak dana dan upaya untuk meng-upgrade mainboard. Mainboard AMD memiliki 2 port USB 3.0 dan bisa Anda dapatkan de ngan sekitar US$ 100, sementara board Intel dengan harga mulai US$ 100. Dengan demikian, slot PCIe yang ada dapat digunakan untuk perangkat hardware lain seperti kartu jaringan atau grafik.
Sebuah kelemahan umum USB 3.0, yaitu tidak (belum) ada dukungan sistem operasi. Sementara ini, Anda harus meng install driver tambahan dari vendor tersebut. Namun, Microsoft melakukan perbaik an: Dengan SP1 (yang direncanakan muncul di tahun ini), Windows 7 akan mendukung USB 3.0.
Jadi, kini adalah waktu yang tepat untuk upgrade ke USB 3.0, terutama pengguna yang menangani data dalam jumlah be sar. Alasan lainnya adalah karena USB 3.0 telah kompatibel dengan  model sebelumnya.